Model
Internasional

Sejumlah Pejabat Israel Kecam Biden Setelah Keputusan Penundaan Pengiriman Senjata

×

Sejumlah Pejabat Israel Kecam Biden Setelah Keputusan Penundaan Pengiriman Senjata

Sebarkan artikel ini
Model

IDNMetro.com, Yerusalem – Para pejabat Israel mengecam Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada hari Kamis setelah ia memutuskan untuk menunda pengiriman senjata ke Israel atas ofensifnya terhadap kota Rafah di Jalur Gaza selatan.

“Israel akan terus menggempur Hamas hingga titik darah penghabisan,” Menteri Luar Negeri Israel Katz menulis di X, dalam sebuah reaksi yang gamblang terhadap keputusan Biden.

Model

“Tidak ada peperangan yang lebih adil dari ini,” tambahnya mengenai serangan mematikan Israel di Jalur Gaza, yang menewaskan lebih dari 34.900 orang setelah serangan Hamas pada bulan Oktober lalu.

Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir menulis sebuah komentar sarkastik tentang keputusan Biden.

“Hamas (menyukai) Biden,” tulisnya di akun X-nya.

Menteri Keuangan ekstremis Bezalel Smotrich menyerukan untuk melanjutkan perang Israel di Jalur Gaza.

“Kita harus melanjutkan perang ini sampai menang, meskipun ada hambatan dari pemerintahan Biden dan penghentian pengiriman senjata,” katanya.

Smotrich menuduh bahwa Israel “tidak memiliki pilihan lain.”

Biden mengatakan dalam sebuah wawancara di media pada hari Rabu (08/05) bahwa ia menghentikan pengiriman senjata ke Israel atas serangannya di Rafah, dimana sekitar 1,5 juta orang Palestina yang mengungsi berlindung dari perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.

“Saya telah menjelaskan bahwa jika mereka masuk ke Rafah ataupun mereka belum masuk ke Rafah, saya tidak akan memasok senjata yang dalam sejarahnya telah digunakan untuk menangani Rafah, untuk menangani kota yang menangani masalah tersebut,” ujar Biden.

Biden mengakui bahwa senjata-senjata AS telah digunakan untuk menghancurkan warga sipil di Gaza.

Presiden AS itu menambahkan bahwa tindakan Israel di Rafah sejauh ini belum melewati “garis merah” yang akan mendesaknya untuk merombak kebijakan Gaza.

Lebih dari tujuh bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza menjadi reruntuhan, mendorong 85% populasi daerah kantong tersebut ke dalam pengungsian internal di tengah-tengah blokade yang melumpuhkan makanan, air bersih, dan obat-obatan, menurut PBB. (Wtg)

Sumber : Anadolu