IDNMetro.com, Taput – Erik Sihombing selaku Pemerhati Pembangunan menilai gebrakan atau terobosan pengembangan destinasi wisata di Muara, khususnya di Kabupaten Tapanuli Utara oleh pemerintah daerah setempat belum membahagiakan.
Dia mengatakan semangat Presiden Jokowi yang membara dengan menggelontorkan anggaran dalam program nawacita sepatutnya disambut ide-ide cerdas yang bisa mengembalikan Muara menjadi destinasi wisata alam yang orisinal.
“Apa yang mau dijual di Muara saat ini. Sampai sekarang grand design pengembangan wisata Muara ini tidak jelas,” kata Erik saat berbincang dengan wartawan pada Selasa,(6/9/2022).
Erik menyebut Muara harus identik dengan budaya Batak. Dia melihat budaya Batak asli sudah tergerus dari alam destinasi wisata Muara.
Seharusnya kata dia, upaya dini mengembalikan ciri orisinal Batak itu di Muara bisa ditegaskan seorang bupati.
“Membangun cara berpikir manusia berkarakter budaya apa di sini. Itu yang susah, bukan segampang membuat bangunan megah. Itu perkara kapitalisme. Buktinya, sudah berapa puluh kali dilakukan gelaran festival monoton hasilnya, itu-itu berputar-putar sampai kami tua begini aja hasilnya,” katanya.
Erik mengatakan Muara membutuhkan satu grand design yang jelas menciptakan pariwisata secara utuh agar daerah itu dilirik wisatawan.
Bukan seperti saat ini justru berlomba-lomba menunjukkan ego sendiri tanpa berpikir menerima masukan dari pemerhati dan pemikir bidang pariwisata.
“Dalam hal ini Bupati Tapanuli Utara harus mau mendengar masukan dari orang-orang cerdas di bidangnya. Bagaimana strategi bisa menggenjot minat wisatawan betah liburan di Muara,” katanya.
Menurut Erik, di Tapanuli Selatan dalam satu penelitian itu, ada tiga langkah yang patut dipikirkan Bupati mengembalikan suasana orisinal di Muara.
Mengubah pola pikir masyarakat bahwa budaya Batak sangat kaya, membangun sentra literasi belajar aksara Batak, dan membangun perkampungan Batak. Muara harus berani menjual hal-hal unik yang tidak disajikan objek wisata lain di kawasan Danau Toba.
Seperti ide membangun rumah atau Jabu Batak dengan arsitek asli. Di sini bupati harus berani membuat kebijakan subsidi kepada warga yang membangun rumah Batak asli.
“Jadi saya lebih suka jika pemda berani memberi jaminan subsidi setiap warga yang berkeinginan membangun rumah yang orisinal. Karena wisatawan mancanegara itu mencari suasana alam yang orisinal. Bupati harus subsidi anggaran dan motivasi warga agar membuat rumah adat murni, mengembalikan suasana yang orisinal,” terangnya.
Pewarta : Dedy Hutasoit