IDNMetro.com, Redelong – Ketua Pewaber (Persatuan Wartawan Bener Meriah) Wan Kurnia terima kunjungan Silaturahmi 2 tokoh Pemerhati Budaya adat Gayo, Senin (4/6/2022) di Kantor Sekretariat Pewaber di jalan Simpang Tritit Pondok Baru, Desa Serule Kayu, Kecamatan Bukit Meriah.
Kunjangan 2 tokoh Pemerhati budaya adat Gayo disambut langsung oleh Wan Kurnia selaku Ketua Pewaber Kabupaten Bener Meriah.
Dalam sambutannya, Wan Kurnia memberikan sedekit pandangannya terkait Budaya Gayo maupun bahasa yang sudah mengalami pergeseran nilai otentiknya (nilai aslinya) salah satunya yaitu dengan istilah bujang berama Beru berine dan inilah sudah jelas menghilang dari kepribadian masyarakat Gayo Ungkap Wan Kunia.
Sementara itu, Tgk Basri dan Muhdan Aula mengapresiasi tanggapan ketua Pewaber Bener Meriah tersebut.
Sekalian silaturahmi, Kunjungan Kedua Tokoh Pemerhati Budaya dan Adat Gayo itu yaitu untuk menyikapi dan membahas Maslaah startegis, Seputaran Budaya dan Adat Gayo.
Dikatakan Tgk Basri, Masalah yang sangat urgent dan spesifik yaitu terkait bahasa dan kearifan lokal yang dulu pernah ada dimasyarakat Gayo salah satunya yaitu dikenal dengan istilah ” Ratuf Musara nanguknya Musara Peluk”
Menurutnya Kalimat diatas itu merupakan sebuah kaidah dan pelajaran dan bagaimana cara untuk menjaga persatuan dan kesatuan diantara sesama urang Gayo atau dengan kata lain berat sama dipikul, ringan sama dijinjing Kata Tgk Basri.
Hal inilah menurut Tgk Basri sudah hilang dari masyarakat Gayo, untuk itu pewarisan Budaya dan adat Gayo akan terputus satu Generasi saja dan sampai saat ini begini jugalah keadaan kita ucapnya.
Sementara itu, Muhdan Aula mengatakan terkait hal itu sangat serius untuk kita bahas, salah satu rapuhnya kearifan lokal, pertanda akan menghilangnya suatu peradaban masa lalu juga.
Diketahui Warisan budaya yang pernah ada salah satunya yaitu kedaulatan Gayo dan dari segi corak budaya yang khas meliputi aspek sosial.Misalnya dulu urang Gayo masih bisa saling menyapa, menghargai, satu sama lain tingginya sikap musyawarah ditengah masyarakat gayo meski masih ada saat ini tapi tidak seperti dulu lag Sambung Muhdan.
Masih katanya, Menurut Muhdan semua sudah berubah, dan itu disebabkan diantara kita tidak ada lagi upaya untuk saling menjaga dan melestarikan warisan budaya Gayo.
Untuk itu, Muhdan Aula berharap supaya semua pihak yang notabene berkompeten tentang Budaya khusus nya budaya Gayo dapat betul-betul terkoneksi dengan peran dan fungsinya, bukan hanya sekedar Lembaga tapi tujuan fungsinya setengah saja tutupnya.(Sinar Harapan)